Jelajah Malang-Lumajang: Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat

Minggu, 13 Januari 2019. Ini adalah hari kedua di Malang. Tujuan kami kali ini adalah ke Sumber Pitu yang ada di Desa Pujon Kidul, kec. Pujon. Dari Songgoriti sekitar jam 7 pagi, kami mengikuti jalan yang kemaren menuju Coban Rondo tapi nanti di suatu pertigaan ada papan petunjuk arah ke Sumber Pitu yaitu ke kanan. Di sini kita sudah memasuki Desa Wisata Pujon Lor.
Desa wisata ini tertata rapih. Jalannya agak kecil dan terlihat ramai, dan macet ketika kami kembali dari Sumber Pitu dengan banyaknya bis-bis pariwisata. Di kiri kanan banyak terdapat tempat makan, toko cendera mata dll. Jalan ini juga mengarah ke Kediri dan Blitar. Memasuki gerbang desa Pujon Kidul tidak beberapa jauh setelah belokan menurun di sebelah kiri terlihat ucapan selamat datang di Desa Wisata Pujon Kidul.
Gerbang desa
Memasuki jalan desa, kondisi jalan masih bagus, beraspal. Terlihat di kiri kanan banyak kebun apel dengan pemandangan perbukitan di kejauhan, sangat indah apalagi cuaca sedang cerah. Ini juga banyak ditawarkan wisata petik apel.
Sampai di ujung jalan beraspal, kami memasuki daerah hutan lindung. Kondisi jalan sudah sangat jelek, berupa tanah merah, dan tak heran karena lokasi ini adalah lokasi wisata offroad. Kondisi jalan yang kadang berlumpur dan kadang licin membuat penumpang kadang-kadang harus turun. Karena banyak menemui persimpangan kita harus tetap mengikuti papan petunjuk arah yang di sediakan.
Salah satu view di perjalanan
Kondisi jalan yang hancur
Di titik terakhir sampailah kami di parkiran motor yang juga lokasi perkemahan. Ada beberapa tenda saat kami datang dan pengunjungnya sudah duluan jalan ke Sumber Pitu. Terdapat beberapa warung disini dan sekaligus yang jaga loket. Untuk tiket masuk kita hanya bayar Rp.5.000 dan parkir Rp. 5.000.
Sampai di lokasi parkir
Karena masih sangat pagi, jam 7.30, kami sarapan dulu dengan mie instan yang dibikin oleh bapak yang jaga. Sambil ngolor ngidul sampai dapat info katanya ada curug yang baru buka di sekitar sana yang membuat kami penasaran dan ingin mengunjunginya abis dari sini.
Sekitar jam 8 kami mulai trekking, mengikuti jalan setapak. Oh iya, di sini pohonnya dipenuhi dengan pohon Eucalyptus bukan pinus ya, yang konon katanya pinus itu kurang bagus buat lingkungan karena menghabiskan banyak air tanah. Jalan setapak yang kami ikutin berada di sisi tebing yang di sebelah kanannya berupa lembah yang sangat dalam. Terlihat perbukitan dan kota Batu dari kejauhan.
Jalur trekking
Jalur trekking
Terus mendaki sampai habis area pepohonan Eucalypthus kemudian memasuki area perkebunan dan reruputan. Karena areanya terbuka dan tinggi terlihat pemandangan yang menakjubkan. Pemandangan ini terus dapat kita nikmati hingga bertemu deretan pohon-pohon mati bekas terbakar. Meskipun mati, pepohonan ini memberikan nuansa lain dan eksotik.
Jalur menuju Sumber Pitu
Tempat beristirahat
Selanjutnya kembali mengikuti jalan setapak sepanjang sisi tebing dan kemudian menuruni bukit hingga ke lembah.
Salah satu view menuju Sumber Pitu
Sampai di bawah terlihat satu air terjun, air terjun ini tunggal, inilah yang namanya Sumber Siji (Coban Siji). Coban ini adalah aliran dari Coban Papat yang berada di atasnya, sumber airnya berasal dari celah bebatuan. Jadi bisa dibilang ini adlah hulu dari sebuah aliran sungai. Aliran dari Sumber Siji ini menyatu dengan aliran dari Sumber Pitu yang mengalir dari sebelah kiri. Karena ada pengunjung (yang berkemah tadi malam) maka kami melanjutkan ke Sumber Pitu terlebih dahulu.
Akhirnya sampai ke area Sumber Siji
Sebenarnya dari bawah sudah terlihat Sumber Pitu yang airnya mengalir dari bebatuan di tebing-tebing. Untuk mendekati air terjun, kami harus melewati jalan setapak, di lembah sempit dan tangga-tangga tanah yang lumayan terjal. Di sediakan pegangan berupa tali sepanjang tebing. Sekitar 100 meter mendaki kita akan berada langsung di bawah air terjun.
Trek dari Sumber Siji ke Sumber Pitu
Berada di depan Sumber Pitu
Meskipun namanya Sumber Pitu yang artinya sumber mata air yang keluar dari celah bebatuan yang berjumlah tujuh, namun kalau dihitung banyak sekali air terjunnya, lebih dari tujuh. Terlihat pemandangan kontras di bebatuan tebing, berwarna coklat di atas air terjun dan berwarna hijau di area jatuhnya air karena di tumbuhi tanaman menjalar. Air terjun ini mengingatkan saya pada Air Terjun Benang Kelambu di Lombok. Rangkaian air terjun ini membentuk laksana tirai air. dan tak dapat diragukan lagi, air di sini sangat jernih, bening dan sangat dingin, dan dijadikan sumber air warga dan ini terlihat adanya saluran pipa dan bak penampungan. Jadi kalau kalian berkunjung kesini harap menjaga kebersihan lingkungan di sini. Dan untunglah di area dan di sepanjang jalan ke sini tidak ada penjual makanan dan minuman sehingga relatif bersih.
Sumber Pitu
Sumber Pitu
Sumber Pitu
Selanjutnya ke Sumber Papat. Air terjun ini tersembunyi di balik bukit sebelah kanan. Untuk kesana kita harus melewati jalan setapak ke sisi kanan memutar bukit. Dari atas bukit sini kita bisa melihat Sumber Pitu dari atas. Hanya sekitar 150-200m kita akan bertemu dengan Sumber Papat.
Sama seperti Sumber Pitu, Sumber Papat juga airnya berasal dari air yang keluar dari celah bebatuan. Sumber Papat bearti ada 4 sumber mata air. Hanya saja, area sekitar air terjun tidak dibersihkan sehingga terkesan terbengkalai dipenuhi tanaman. Dan di sini ada makam dan musholla kecil, saya tidak tahu apakah ini petilasan atau makam  orang yang dituakan, tapi yang membuat heran, lokasinya sangat jauh dari pemukiman dan berada di puncak bukit dan hutan. Karena merasa tidak nyaman kami buru-buru meninggalkan lokasi ini.
Sumber Papat
Selanjutnya kembali ke Sumber Pitu dan mengambil beberapa foto dan selanjutnya ke Sumber Siji. Sampai di Sumber Siji, sudah tidak terlihat pengunjung jadi kami bisa bebas mengambil beberapa foto. Jam 10.30 kami meninggalkan lokasi Sumber Pitu dan sampai kembali ke parkiran sekitar jam 12.00.
Sumber Siji/Grojogan Siji
Sumber Siji/Grojogan Siji
BERIKAN KOMENTAR ()
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya di Kolom komentar jika ada bug, atau artikelnya error atau tulisannya salah ya sahabat
 
wisata tradisi game kuliner