Tujuan wisata kami kali ini adalah Baturaden yang masih berada di Jawa Tengah. Baturaden ini adalah sebuah kecamatan yang berada di kabupaten Banyumas, berbatasan dengan Purwokerto. Jadi kalau ke Baturaden pastilah kita akan melewati Purwokerto.
Melewati perbatasan Purwokerto-Baturaden sudah agak sore. Karena sekarang bukan weekend jadi Baturaden ini sangat sepi. Bearada di lereng Gunung Slamet, suasana di sini mirip dengan Puncak di Bogor. Hanya saja, Puncak sangat ramai karena menjadi daerah perlintasan ke kota-kota lain. Sementara Baturaden adalah daerah pegunungan yang tidak dilalui kendaraan-kendaraan yang menuju kota-kota sekitarnya sehingga hanya ramai ketika liburan.
Hal pertama ketika sampai tentulah mencari penginapan yang banyak berada di kiri-kanan jalan utama. Setelah keluar masuk beberapa penginapan dan hotel akhirnya pilihan jatuh di sebuah hotel/resort yang berada tidak begitu jauh dari Hutan Raya Baturaden dan cuman berjarak sekitar 100m dari Curug Pinang. Suasana hotel ini sangat asri, seperti berada di hutan, meskipun begitu tarifnya sangat murah, Rp. 185.000/malam dengan kamar yang lumayan luas dan 2 tempat tidur. Hanya saja, ketika malam agak susah mencari makan, walaupun ada tapi tidak terlalu banyak.
18 Februari 2019
Hari kedua di Baturaden. Tujuan pertama kami di sini adalah Curug Jenggala. Curug ini berada di Kp.Kalipagu, Desa Ketenger. Dari Hutan Raya tidak terlalu jauh. Sebenarnya curug ini berada di bawahnya Pancoran 7 yang berada di area Hutan Raya kalau melihat Maps kadang-kadang di arahkan ke sana sehingga kami sempat nyasar.
Kalau kita dari arah Purwokerto, terdapat petunjuk arah ke kiri ke Kalipagu yang jaraknya sekitar 2-3km. mengikuti jalan desa yang kecil dan naik turun sampailah kita di sebuah sungai yang melintasi jalan. Terdapat parkiran, yang merupakan parkiran Curug Bayan yang terlihat dari jalan. Dari Curug Bayan ini kita terus ke atas melewati jalan yang cukup buat 1 mobil dan menanjak. Di akhir jalan kami sampai di depan warung dan parkir di depan warung yang cukup buat 1 mobil. Untuk ke loket Curug Jenggala ada 2 opsi yaitu jalan kaki atau naik ojeg. Karena mau cepat, kami memilih naik ojeg dan pulangnya jalan kaki. Ongkos ojeg ke loket curug Rp. 10.000.
Menurut info bapak yang jaga warung,di atas Curug Jenggala ada Curug Penganten yang jalannya masih alami sehingga di perlukan guide dan si Bapak yang akan menjadi guide kami. Rute ojeg yang kami lalui, meskipun tidak terlalu jauh tapi lumayan menegangkan. Melewati jalan batu, menyusuri jalur pipa PLTA Ketenger, melewati turunan ekstrim hingga melewati jembatan kecil. Sampai di loket kami cukup membayar tiket Rp. 5.000/orang saja. Murah sekali ya..... Nah loket ini berada dekat kolam/bendungan PLTA Ketenger, mirip kolam buat PLTA Kracak di Bogor. |
Kolam penampungan PLTA Ketenger |
Sampai di loket, cuaca sudah mulai gerimis kecil. Melewati jembatan, kemudian naik bukit dan mengambil jalan lurus (kanan ke arah Pincuran 7/Hutan Raya Baturaden). Dari sini ke Curug Jenggala tidak terlalu jauh hanya sekitar 100m saja. Sampai di area curug terlihat hanya beberapa pengunjung saja.
Curug Jenggala bisa langsung kita liat nikmati dari atas. Di seberang lembah terlihat aliran curug dengan debit besar dan jatuh melewati bebatuan dan membentuk beberapa aliran. Meskipun tidak terlalu tinggi, sekitar 15m namun curug ini sangat istimewa. Selain debitnya yang tinggi juga karena airnya sangat jernih karena bersumber langsung dari rimbunnya hutan Gunung Slamet. Aliran curug ini juga menjadi sumber dari air untuk PLTA Ketenger selain dari aliran Pincuran 7.
Di pinggir lembah terdapat spot foto yang menjadi icon nya Curug Jenggala ini yaitu selfie deck yang berbentuk hati yang terbuat dari kayu. Karena lagi weekday dan pengunjung bisa di hitung jari, jadi kita bisa berfoto sepuasnya. Dan untuk menuju ke bawah, tersedia tangga-tangga beton tapi sebelumnya kami harus ke Curug Penganten jadi ke bawah akan dilakukan sekembalinya dari Curug Penganten.
|
Curug Jenggala dari spot foto atas |
|
Curug Jenggala dari spot foto atas |
Untuk ke Curug Penganten ini, kalo kalian belum pernah ke sini sangat disarankan membawa guide kalo tidak ingin tersesat. Ingat bahwa area ini adalah area hutan di lereng Gunung Slamet. Dan jalur trekking berupa jalur hutan yang jarang di lewati, karena ada beberapa titik dimana kita harus melintasi sungai/anak sungai sehingga akan membingungkan kalau tidak bersama guide. Trek di hutan Perhutani ini adalah hutan tropis basah, meskipun tidak terlalu terjal namun panjang sehingga cukup menguras tenaga.
|
Trek Curug Penganten |
|
Trek Curug Penganten |
|
Trek Curug Penganten |
Sekitar 45 menit trek di area yang rata yang dipenuhi semak-semak khas hutan tropis kami melihat Curug Penganten di antara pepohonan. Meskipun dari jauh sudah terlihat kemegahan curug ini, debit besar dan sangat tinggi. Karena curug ini ada 2 dan bergandengan makanya di sebut Curug Penganten. Nah, curug aja gandengan, masak kamu tidak?
|
Curug penganten dari jauh |
|
Curug penganten dari jauh |
Untuk ke bawah, mendekati curug, kita harus melewati jalan kecil di pinggir tebing. Di sini kita harus hati-hati selain jalannya sempit juga sangat licin. Karena curugnya sangat tinggi dan debitnya besar maka area di sekitar curug selalu basah terkena tampias |
Curug Penganten dari atas |
|
Curug Penganten dari atas |
|
Curug Penganten dari atas |
Sebelum ke area sungai, kita bisa berfoto di salah satu spot dengan latar belakang Curug penganten. Dari area ini tinggal beberapa meter lagi hingga sampai ke bawah melewati bebatuan licin.
|
Salah satu spot foto |
|
Salah satu spot foto |
Sampai di bawah, terasa sekali hempasan curug ini menimbulkan terpaan angin yang kuat. Airnya sangat jernih dan dingin. Untuk menikmati curug ini sebaiknya jangan terlau dekat cukup berada di pinggir kolamnya aja. Belum pernah saya berada sedekat ini dengan curug yang besar dan area kolamnya yang sempit.
|
Berada dekat curug |
|
Berada dekat curug |
|
Berada dekat curug |
Di sini kami cukup lama bermain air meskipun cuman berdiri tapi tampiasnya sudah berasa berada di bawah air terjun. Dan kami selesai bermain air karena cuaca sudah mulai tidak bersahabat alias hujan.
Kembali ke Curug Jenggala dalam kondisi hujan lebat. Menggunakan jas hujan untuk melindungi barang bawaan dan dinginnya air hujan. Meskipun hujan, waktu tempuh lebih cepat dibanding ketika berangkat.
|
Trek kembali dari Curug Penganten |
Sampai di Curug Jenggala, kami turun ke arah sungai. Terdapat jembatan bagi pengunjung sampai ke seberang. Karena arusnya sangat deras, kami tidak bisa mendekati curug dan hanya berada di pinggir sungai.
|
Curug Jenggala dari depan |
|
Curug Jenggala dari depan |
Karena hujan, saya tidak sempat berenang di Sendang Candrakirana, yaitu kolam yang mempunyai air terjun kecil. Selanjutnya kembali ke loket depan dan beristirahat di sebuah warung. Karena hujan masih lebat, sambil menunggu reda kami menikmati makanan kecil seperti mie instant dan gorengan. Baca juga link terkait:
- Batu Pandang Ratapan Angin- Kawah Sikidang, Padang Savana dan Kompleks Candi Arjuna