Korea Selatan: Bekerja Sambil Liburan

Tangal 3-11 Februari 2018 lalu saya berkesempatan mengunjungi Korea dalam rangka tugas dari kantor. Kota yang menjadi tujuan utama adalah sebuah kota kecil yaitu Changwon dan kota transit di Seoul.
Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno-Hatta, mengambil penerbangan jam 23.25 dan landing di Incheon Airport sekitar jam 8.30 pagi (ada perbedaan waktu 2 jam antara Korea dan Indonesia).
Dari Incheon saya dan 2 orang rekan naik kereta ATX menuju Seoul yang ditempuh dalam waktu 45 menit dengan biaya sekitar 19.000 Won atau sekitar Rp. 245.000. Jangan di tanya mengenai ketepatan waktu, di sini kedatangan kereta sesuai dengan jadwal yang tertera.
Menunggu kereta, dingiiin...
Sampai di Seoul, hal pertama yang dilakukan adalah mencari tiket kereta menuju Changwon. Menggunakan Korail dengan karcis seharga 72.900 Won (Rp. 940.000) kami mendapatkan keberangkatan jam 12.50. Karena sangat lapar, kamipun mencari makanan. Nah masalah makan di sini menjadi kendala utama di sini, karena sebagai muslim tentu tidak makan babi yang umumnya adalah menu daging di sini. Akhirnya kami memutuskan makan di Mc. D. dengan menu ayam dan makan pun di mulai dengan Bismillah..... hehehehe.
Di alam kereta menuju Changwon
Selain makan, yang cukup menjadi kendala juga adalah cuaca, karena kami datang di ujung musim dingin dengan suhu antara 1 sampai 6 derajat C.

Changwon
Sesuai jadwal kami berangkat menggunakan Korail. Kereta cepat ini menjangkau Changwon dalam waktu sekitar 2.5 jam. Sepanjang perjalanan terlihat pemandangan laut yang tertutup kabut, pegunungan yang berwarna coklat dan desa-desa yang tandus dengan tanaman yang mengering. Desa-desa di sini terlihat system pertanian yang modern dengan rumah-rumah yang rapih dan jalanan yang sepi. Nah sepanjang trip sana di Changwon dan Korea ini saya tidak melihat motor berkeliaran di jalan kecuali motor buat delivery service.
Suasana stasiun kereta di Changwon
Sampai di Changwon kami di jemput oleh kolega kami dan di antar ke hotel. Oh iya, di karena di sini umumnya transaksi pakai kartu, pegawai hotel sangat terkejut ketika kamu membayar hotel dengan menggunkan uang tunai. Di sini kami menginap selama 5 malam.
Karena di kota ini kami buat kerja, jadi waktu untuk jalan hanya di luar jam kerja yaitu sore hingga malam. Changwon hanyalah kota kecil, tapi jujur, kotanya tidak bisa dibandingan dengan semua kota yang ada di Indonesia.
Di salah satu sudut Changwon
Kota ini terbagi menjadi daerah industry, bisnis, pemukiman dan pendidikan. Tiap beberapa ratus meter hampir bisa ditemukan ruang terbuka/taman, bersih dan orang-orangnya disiplin. Hanya saja kendala lainnya adalah jarang sekali ada yang bisa berbahasa Inggris hahahaha. Ini menjadi sedikit hambatan ketika bebelanja di tempat makan atau di toko-toko.
Dan karena kota kecil juga, kemana-mana kami jalan kaki, seperti makan atau sekadar berbelanja juga sempat mengunjungi satu-satunya masjid yang ada di sini, Mesjid Bilal yang pemiliknya adalah orang Jawa Timur.
Di salah satu sudut Changwon
Mesjid Bilal
Seoul
Karena pesawat kami hari Minggu siang jadi Jum'at malam kami ke Seoul dan menginap dua malam. Jadi dari Changwon kami berangkat Jumat malam dan menginap di sebuah hotel de pusat kota yang bisa di akses dari jalur subway. Nah transportasi utama di Seoul kami menggunakan Subway. Untung teman saya sudah pernah ke sini, jadi bias diandalkan jika kemana-mana, kalau tidak saya pasti pusing meningat rute subway nya ada sekitar 9 hahahaha.
Dongdaemun
Tujuan pertama di Seoul yang kami kunjungi sore sampai malam yaitu Dongdaemun. Ini adalah pusat perbelanjaan paling terkenal di Seoul. Boleh dibilang street market, agak-agak mirip dengan Pasar Tanah Abang, tapi tentu saja beda ya hahahhaa.
Sore itu banyak sekali pengunjung di pasar ini (lah .... namanya juga pasar hihihi). Segala macam pengunjung dari berbagai Negara ada di sini. Juga banyak pengunjung dari Indonesia, jadi jangan heran kalau kamu banyak mendengar pengunjung yang ngobrol berbahasa Indonesia. Di sini saya membeli (kalap....) oleh-oleh dan pernak-pernik khas Korea. Nah... di tempat tempat saya belanja ini, pemiliknya bisa berbahasa Indonesia loh....
 
 
Abis belanja, kayang tukang pila-pila di Puncak yes?
Istana Gyeongbokgung
Istana megah ini dibangun sekitar tahun 1394 dan di hancurkan selama invasi Jepang, dibangun kembali sekitar 1860, eh dihancurkan lagi ama Jepang tahun 1911 yang meninggalkan 10 bangunan utama... (Eh Jepang, kamu tau gak, apa yang kamu lakukan itu JAHAT....!!!!).
Kami berangkat pagi-pagi sekitar jam 8, menggunakan subway. Kami mengejar momen karena jam 10 adalah waktu yang ditunggu-tunggu wisatawan untuk melihat prosesi pergantian pasukan penjaga/pengawal istana.
Hanya melewati satu stasiun kereta, jalan sedikit kami sudah sampai ke Istana. Kami masuk melewati pintu samping. Begitu memasuki pintu gerbang... wuaaaah luas sekali halaman istananya (padahal ini baru sebagian yang terlihat).
 
Kami bergegas menuju tempat prosesi pergantian pengawal istana. Sudah banyak turis berkumpul mengelilingi lokasi yang di kelilingi oleh tali pembatas. Tidak lama menunggu, prosesi pun dimulai. Diiringi music tradisional, dan suara 'MC' yang meberikan informasi dengan pengeras suara dalam bahasa Korea dan Inggris, telihat pasukan memasuki area dengan barisan yang teratur.
Prosesi pergantian pasukan penjaga
Prosesi pergantian pasukan penjaga
Saya sendiri menyaksikan prosesi ini dari awal sampai akhir dengan takjub....!!!. Berasa berada di shooting film-film kuno hahahahha. Nah buat kalian pecinta K-Pop, jangan lewatin acara ini ya, kalian bisa menyaksikan anggota pasukan yang tinggi-tinggi dan ganteng-ganteng loh hahaha. Setelah acara selesai, pengunjung berebutan berfoto dengan anggota pasukan yang sudah berada di pos masing-masing.
Berfoto dengan penjaga istana
Berfoto dengan penjaga istana
Berfoto dengan penjaga istana
Berfoto dengan penjaga istana
Selanjutnya adalah tur keliling lingkungan Istana. Untuk keliling ini kita harus beli tiket masuk sebeari 3.000 won atau sekitar Rp. 40.000. Di loket karcis disediakan brosur/denah istana dalam berbagai bahasa termasuk Indonesia.
Selanjutnya menuju Istana (bangunan utama). Ini adalah Istana tempat Raja bertahta. Istana ini didominasi oleh warna hijau dan kuning dan dilengkapi dengan ukiran. Walaupun tertutup, tapi semua pintu dan jendela terbuka, jadi pengunjung masih bisa melihat ke dalam. Di sini terlihat singgasana raja dengan latar lukisan di dinding berwarna biru dan hijau.
 
 
Selanjutnya kami menuju Hall yang berada di sebuah danau kecil. Nah kalo kalian melihat iklan wisata Korea, sering bangunan ini dijadikan foto iklan. Hanya saja biasanya ditampilkan dengan pohon cherry Korea. Di sini banyak sekali berkumpul turis untuk mengambil foto dengan latar belakang bangunan ini. Juga di sini kita bisa langsung mengenal mana turis dari Indonesia hahahaha...
 
Selanjutnya kami berkeliling menuju tempat peribadatan, rumah-rumah selir dan anak-anak raja, dapur, etc. Dengan total waktu hampir 2,5 jam untuk berkeliling, belum termasuk beberapa bangunan, lumayan membuat capek haha.
 
 

 
 
Penampakan Istana dari luar
Insadong
Ini hampir sama dengan Dongdaemun, semacam street market. Lokasinya tidak jauh dari Istana Gyeongbokgung. Tinggal menyeberang jalan dan jalan kaki beberapa ratus meter, kami sudah sampai ke Insadong.
Di sini kami membeli bermacam cendera mata, harap hati-hati belanja di sini karena bisa gelap mata dan khilaf hahahha. Walaupun sudah berbelanja di Dongdaemun, saya masih belanja kayak sendok, garpu, sumpit, topeng, kaos, magnet, gantungan kunci, kipas, dll. Tidak hanya itu, juga membeli parfum (yang gak jelas harganya lebih murah atau lebih mahal di banding di Indonesia hahahaha).
Kalau belanja
Juga gak ketinggalan beli makanan kecil, teh ginseng, dll. Malah sempat cuci mata di tempat galeri/butik yang jual aneka pisau, pedang dan katana. hahaha. Gak berasa (padahal belum makan siang), sudah sore. Kemudian kembali ke hotel, bukannya istirahat cuman menaroh barang-barang belanjaan selanjutnya jalan lagi (sebelum ke hotel kami mampir lagi di Dongdaemun).
Selesai menaroh barang, kami mencari makan siang, dan kebetulan kami bertemu masakan Turki.

Namsan (Seoul) Tower
Sudah menjelang malam, kami menuju Namsan Tower. Inilah landmark kota Seoul, yang berada di lokasi tertinggi yanitu Gunung Namsan.
Tidak jauh dari pintu subway, kita bisa menemukan semacam shuttle untuk menuju ke atas, ke area parkir dan loket masuk. Sebenarnya kalau pakai mobil/taksi bisa langsung ke area parkir. Pengunjung antri menggunakan semacam 'escalator car'. Karena antriannya panjang, kami pun naik melewati tangga.
Nah untuk menuju lokasi tower (bukit), pengunjung harus menggunakan cable car.
Cable car menuju Gunung Samsan
Antrian panjang
Begitu kami sampai di atas, ternyata antrian pembelian tiket sangat panjang. Belum lagi antrain untuk menaiki cable car. Akhirnya kamipun memutuskan untuk kembali ke hotel. Yah malam ini kami hanya bisa beberes dan istirahat untuk persiapan pulang besok.
Gak jadi ke Tower akhirnya pulang
BERIKAN KOMENTAR ()
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya di Kolom komentar jika ada bug, atau artikelnya error atau tulisannya salah ya sahabat
 
wisata tradisi game kuliner