Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di
Air Pauh Duo dan mengunjungi
Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa.
Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana.
Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada tong sampah baik di dalam dan di luar sehingga sampah dari pengunjung wisata bertebaran di mana-mana. Juga, air kran yang tidak lancar dan air panas yang tidak berfungsi sementara udara di sini sangat dingin. Mudah-mudahan ada pihak berwenang yang baca tulisan ini dan menjadi perhatian buat pengembangan wisata di sini.
Hanya karena ingin menikmati pemandangan Danau Di Ateh sehingga kami bertahan satu malam di sini. Satu lagi, ketika membeli makan malam di sini, harga yang ditetapkan sangat tidak masuk akal, sekitar Rp. 35.000 untuk sepotong ayam dan sedikit sayur, dibandingkan dengan menu yang sama normalnya sekitar Rp. 16.000-Rp. 18.000.
Untuk yang mau berkunjung ke sini masih ada alternative penginapan berupa hotel-hotel dan homestay di kiri kanan jalan.
Pagi-pagi, saya mencoba mengambil aerial view dengan latar Gunung Talang. Dari atas sekilas terlihat pemandangan seperti di Eropa sana, tapi siapa sangka di bawah berantakan hahahaha. Hanya sebentar menikmati keindahan danau, kami memutuskan segera kembali dengan membatalkan agenda naik perahu keliling danau.
|
Aerial view Danau Diateh |
|
Bukit di seberang danau |
|
Salah satu sudut danau |
Selain terkenal dengan Danau Kembar (Danau Di Ateh dan Danau Di Bawah), Alahan Panjang juga terkenal dengan Perkebunan Teh-nya. Banyak lokasi perkebunan teh di kota ini. Karena cuacanya yang dingin, sangat cocok untuk tanaman ini. Di suatu lokasi, dengan latar belakang puncak Gunung Talang yang terlihat bagian kawah dengan asap kawah yang mengepul, kami berhenti sejenak. Terlihat hamparan hijau kebun teh sejauh mata memandang. Berbeda dengan pemandangan di puncak, di sini tidak terlihat warung-warung yang ramai di pinggir jalan.Menjelang siang, kami berhenti lagi di perkebunan teh yang ramai pengunjungnya. Untuk memasuki perkebunan kami dipungut ongkos masuk Rp. 2.000 oleh warga lokal. Perkebunan teh di sini lumayan unik, karna kalau menaiki bukitnya terlihat bukit-bukit kecil seperti bukit Teletubbies. |
Kebun Teh Alahan Panjang |
|
Kebun Teh Alahan Panjang |
|
Kebun Teh Alahan Panjang |
|
Kebun Teh Alahan Panjang |
|
Kebun Teh Alahan Panjang |
Dengan pemandangan hamparan kebun teh dengan latar belakang pegunungan ditambah udaranya yang sejuk tentulah membuat kita berlama-lama di sini.
Selagi yang lain masih di perkebunan teh, saya dan Revan menuju Mesjid Tuo Kayu Jao (Mesjid Tua) yang berjarang sekitar 3km dari tempat kami istirahat. Dari jalan raya ada 2 alternatif jalan masuk ke lokasi Mesjid Tua ini yang jarak gerbangnya berdekatan. Yang satu bisa dilalui mobil dan satunya hanya motor. Dari jalan raya ke parkiran mesjid berjarak sekitar 300m.
Mesjid ini berada di lembah, beberapa puluh meter menuju mesjid kita melewati turunan yang lumayan tajam hingga akhirnya parkir di area yang sudah disediakan.
|
Mesjid Tuo Kayu Jao |
|
Mesjid Tuo Kayu Jao |
|
Mesjid Tuo Kayu Jao |
Membaca sejarah, mesjid ini didirikan sekitar tahun 1599, seiring dengan perkembangan agama Islam di Solok. Mesjid ini adalah mesjid tertua di kota Solok.Meski umurnya sudah ratusan tahun, masih terlihat kegagahan mesjid ini. Terbuat dari kayu dan beratapkan ijuk yang berbentuk 3 tingkatan. Mesjid ini berbentuk umumnya mesjid-mesjid yang ada di Sumatera Barat, tidak berkubah.
Terdapat bedug yang terletak terpisah dengan mesjid. Bedug digunakan untuk menandakan masuknya waktu sholat, dan masih digunakan umumnya di desa-desa di seluruh wilayah Indonesia. |
Mesjid Tuo Kayu Jao dan Bedug Tua |
|
Bedug tua |
Oh iya, Mesjid ini sudah masuk ke dalam bangunan Cagar Budaya yang harus kita jaga kelestariannya ya.... biar bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya.
Kembali ke tempat semula, kami melanjutkan perjalanan menuju Padang Panjang via Danau Singkarak. Di Padang Panjang yang juga termasuk salah satu kota terdingin di Sumatera Barat kami menginap semalam. Di sini kami bisa melihat Islamic Centre yang sekarang menjadi ikon baru kota Padang Panjang, sementara tahun lalu ke sini bangunan ini belum selesai. Dari Padang Panjang selanjutnya kami menuju kota Padang.
|
Salah satu sudut Padang Panjang dengan latar Islamic Centre |
Baca juga:
-
Goa Batu Kapal- Kebun Teh Liki dan Air Terjun Tansi Ampek - Nagari Saribu Rumah Gadang dan Taman Wisata Air Pauh Duo