Jelajah Malang-Lumajang: Coban Srengenge dan Coban Gintung

19 Januari 2019, ini adalah hari kedua menginap di area Tumpak Sewu. Pagi ini di awali dengan cuaca yang cerah dan puncak Gunung Semeru jelas terlihat. Tujuan kali ini adalah Coban Srengenge, Coban Telaga Warna dan Coban Gintung yang dari Maps terlihat berdekatan.

Berangkat pagoi-pagi kami menuju ke arah Malang karena coban-coban di atas masuk ke wilayah Malang atau tepatnya di perbatasan. Karena masih pagi, jalan raya Lumajang-Malang masih agak sepi. Dan sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan berupa pegunungan dan hamparan hijau hutan-hutan dan perkebunan, dan masih terlihat jelas Gunung Semeru yang merupakan Gungung tertinggi di Pulau Jawa atau ketiga tertinggi di Indonesia.

Dari Tumpak Sewu ke pertigaan Coban Srengenge sekitar 6km dan dan dari jalan raya mengikuti jalan desa sekitar 6km lagi. Awalnya mengikuti Maps kami diarahkan ke gang kecil yang menanjak, kami melewati nya dan melanjutkan perjalanan hingga ke pertigaan yang jalannya lebih lebar tapi mobil tidak masuk. Jalan utama seharusnya di pertigaan selanjutnya. Bertanya ke penduduk lokal (ini harus karena jalannya suka membingungkan) adalah pilihan utama karena Maps tidak bisa di andalkan saat itu.

Masuk ke desa, kami harus berputar-putar, melewati kebun-kebun salak dan jalan-jalan yang banyak kondisinya kurang bagus. Dan lagi-lagi, bertanya ke masyarakat lokal adalah pilihan yang tepat. Pada akhirnya kami menemukan plang petunjuk arah ke Coban Srengenge dan langsung ke parkiran.

Parkiran ini berada di rumah penduduk dan warung yang juga menjadi loket masuk ke coban. Dan untuk diketahui, wisata Coban Srengenge ini dikelola dengan swadaya masyarakat setempat. Dan karena berada di Kampung/Dusun Sumberwangi, maka Coban Srengenge juga disebut dengan Coban Sumberwangi. Untuk biaya masuk kami membayar Rp. 5.000/orang dan sudah termasuk biaya parkir. Jarak dari parkiran ke coban sangat dekat hanya sekitar 75m melewati jalan cor-coran di pinggir sawah.

Di pinggir jalan terdapat makam Mbak Brintik yang namanya di sebut juga di papan informasi mengenai coban ini. Singkatnya, di jaman Belanda, area coban ini dulunya merupakan tempat bertapa Mbah Josari (coban tingkat 2). Dan srengenge sendiri artinya pelangi karena di siang hari saat matahari menyinari coban, kerap muncul pelangi (srengenge). Coban ini terdiri dari 3 tingkatan namun untuk saat ini cuman 2 coban yang dibuka sementara coban ketiga belum dibuka karena jalurnya yang sangat ekstrim.
Sejarah singkat Coban Srengenge
Berjalan  sedikit dari papan informasi ke arah pinggir lembah kita sudah bisa melihat Coban Srengenge tingkat 1. Terlihat aliran sungai tebagi menjadi beberapa bagian sehingga air yang jatuh membentuk air terjun kembar 3. 
Coban Srengenge tingkat 1 dari atas

Dari tingkat 1 kami langsung menuju tingkat 2. Melewati tangga-tangga cor-coran yang lumayan ekstrim sekitar 75m, sampailah kami di tingkat 2.

Dibandingkan dengan air terjun tingkat 1, air terjun tingkat 2 ini lebih spektakuler karena lebih tinggi dan lebar membentuk seperti tirai. Area ini berada persis di bipinggir jurang yang menganga, lebar dan dalam tapi tidak terlihat dasar lembahnya. Jarak antara pinggir coban ke pinggir lembah sekitar 25m. di area yang rata ini disediakan spot selfie dan bangku-bangku untuk istirahat serta kamar ganti. 
Spot selfie dipinggir tebing
Meskipun ada kamar ganti, saya sarankan jangan berenang di area ini, karena area nya sempit dan aliran air nya langsung jatuh ke jurang. Aliran air yang jatuh dari tingkat 2 ini membentuk Coban Srengenge tingkat 3 yang pastinya akan lebih tinggi dari kedua coban di atasnya.
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Coban Srengenge tingkat 2
Dari coban tingkat 2 ini kami kembali lagi ke tingkat 1. Untuk memoto atau mendekati coban tingkat 1 ini kita harus menyeberang aliran sungai. Karena berada dibibir jurang kita harus berhati-hati sekali karena arusnya lumayan kuat, tapi untuk pegangan disediakan pagar bambu. Sampai di seberang terdapat saung dan taman. Dari sini kita bisa mengambil foto coban tingkat 1 ini keseluruhan. Karena area di depan coban lebih luas dibanding area di tingkat 2, kita lebih leluasa berfoto di sini.
Batas antara coban tingkat 1 dan 2
Meskipun coban tingkat 1 ini lebih rendah dibanding tingkat 2 namun terlihat lebih indah karena aliran air yang mengalir diantara bebatuan menjadi beberapa coban. Bebatuan yang menonjol di depan coban bisa dijadikan spot foto. Hanya saja, harus diperhatikan kondisi cuaca, karena kalau tiba-tiba arus sungai sangat deras, kita bisa terperangkap di seberang sungai.
Coban Srengenge tingkat 1
Coban Srengenge tingkat 1
Coban Srengenge tingkat 1
Spot foto lain di tingkat 1 ini adalah di gazebo yang berada di pinggir tebing yang agak agak menjorok ke sungai. Di sini umumnya pengujung berfoto karena terlihat coban keseluruhan tanpa harus menyeberangi sungai.

Selanjutnya, kami berencana mengunjungi coban yang terdekat dari lokasi Coban Srengenge  terlihat di Maps adalah Coban Tiga Warna. Mengandalkan Maps, berkeliling jalan-jalan desa dan melewati perkebunan akhirnya sampai di jalan masuk Coban Telaga Warna, namun sayang menurut warga lokal, coban ini ditutup karena ada masalah dengan pengelolaan. Rencana mau mengambil foto dari atas melewati jalan yang sudah tertutp, ternyata kami tidak melihat coban ini dari atas. Di sana hanya tersisa bekas saung, kamar kecil dan kolam.

Selanjutnya menuju Coban Gintung. Perjalanan menuju coban ini juga tidak kalau seru dan banyak dramanya. Mengikuti Maps yang suka salah dan sering berputar-putar dan memasuki perkarangan rumah penduduk. Maklum karena jalan desa ini banyak gang dan pekebunan. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah pembangkit listrik mini (PLTA Mini) yang mirip genset. Kemudian melewati jalan berupa tanah merah, menyusuri perbukitan yang dibawahnya mengalir anak sungai yang berair jernih yang menjadi bahas bakar PLTA Mini.
PLTA mini

Sampai akhirnya motor kami tidak bisa lewat lagi dan terpaksa parkir di jalan d ipinggir hutan. Selanjutnya kami trekking. Pemandangan di sekitarya terlihat seperti lukisa, dimana di bawah terlihat sungai mengalir dengan latar pegunungan dengan hutan-hutan lebat. Diantar celah-celah tebing terlihat satu air terjun yang besar dan tinggi dan sepertinya  belum dieksplore. Entah apa nama air terjun tersebut.
Jalan menuju coban

View menuju Coban Gintung dgn latar coban tak bernama
Menuruni bukit hingga akhirnya kami sampai di Coban Gintung yang tersembunyi di sudut lembah. Coban ini agak-agak mirip dengan Curug Pangeran yang ada di Bogor. Air terjunnya yang mempunyai ketinggian sekitar 5m dan kolamnya berwarna hijau tosca. Meskipun terlihat kecil namun dari bentuk kolamnya kita bisa memprediksi bahwa kolamnya dalam.
Coban Gintung dari atas

Sepertinya area ini baru akan dikelola, ini terlihat dari area coban yang baru dibersihkan, batu-batu yang tersusun untuk membendung air dan membentuk kolam serta tanaman-tanaman hias yang baru ditanam. Karena masih tanah merah, jalan turun menuju coban jadi licin apalagi basah terkena gerimis. Revan dan Noey sepertinya tidak tahan untuk menikmati kesegaran air terjun ini. Cukup berendam dipinggiran kolam sudah terasa kesejukan coban ini. Coban yang terasa seperti air terjun milik pribadi karena tidak ada lagi pengunjung lain selain kami. Dan belum adanya loket dan penjaga sehingga saat kami datang, masuk ke area ini masih gratis.
Coban Gintung
Coban Gintung
Coban Gintung
Dari Coban Gintung selanjutnya kami menuju penginapan untuk makan siang dan persiapan untuk ke coban berikutnya. 

Info:
Nama  : Coban Srengenge/Coban Sumberwangi
Alamat : Kp. Sumberwangi, Ds. Tirtomarto-kec. Ampelgading-Malang
Biaya   : Rp. 5.000 sudah termasuk parkiran/HTM

Nama  : Coban Gintung
BERIKAN KOMENTAR ()
Jangan Lupa Tinggalkan Komentarnya di Kolom komentar jika ada bug, atau artikelnya error atau tulisannya salah ya sahabat
 
wisata tradisi game kuliner