Tumpak Sewu atau Coban Sewu, seperti mempunyai daya mistis tersendiri, apalagi bagi pecinta air terjun, membuat yang pernah datang untuk kembali lagi. Khusus buat saya pribadi, setelah mengunjungi sekitar bulan Agustus tahun lalu, sekarang berselang 5 bulan kemudian kami kembali lagi. Kalau dulu bareng Revan dan Kusti kali ini bareng Revan dan Noey.
Panorama Tumpak Sewu |
Panorama Tumpak Sewu |
Panorama Tumpak Sewu |
Kondisi trek yang kami lew ati tidak berubah, dalam artian tangga-tangganya masih seperti yang dulu belum ada perbaikan.tangga-tangga yang terus menuruni bukit terjal. Oh iya di warung yang dulu kami beristirahat sekarang terlihat ada air terjun di tebing sebelah kiri, mungkin lagi musim hujan hahahha.
Sampai di Goa Tetes, terlihat debit air nya lebih besar dibanding dulu. Kali ini kami banyak menghabiskan waktu untuk bermain air di Goa Tetes. Kali ini kami memanjat bebatuan yang ada di sekitar Goa Tetes, melewati air terjun yang mengalir di bawahnya dan memasuki mulut goa. Karena sangat sepi dan hanya kami di area ini, kamipun bebas bermain di Goa Tetes.
View Goa Tetes |
Bermain air di Goa Tetes |
Bermain air di Goa Tetes |
Bermain air di Goa Tetes |
Air terjun sebelum menuju Tumpak Sewu |
Sekitar 100m setelah air terjun (masih ada) loket masuk ke Tumpak Sewu dengan tarif yang masih sama Rp. 10.000/orang. Harap di catat, loket ini sudah masuk wilayah Malang yang mana Tumpak Sewu di sebut Coban Sewu jika melewati gerbang Malang. Sekitar 50m kemudian kita melewati jembatan besi yang cukup untuk satu orang. Sampai di seberang sungai kemudian menaiki sedikit bukit maka sampailah kita di area Tumpak Sewu. Keluar dari lembah, menyaksikan kemegahan Tumpak Sewu ini berasa berada di dunia lain.
Berbeda dengan kunjungan sebelumnya, sekarang debit air Tumpak Sewu lebih besar. Walaupun warna air dari aliran sungai (yang paling besar) tidak terlalu coklat tapi cukup membuat aliran sungai berwarna kecoklatan. Inilah bukti pepatah yang mengatakan “Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga” hahahha.
Kali ini kami melakukan hal yang dulu terlewatkan, yaitu menaiki tebing yang ada di sisi sebelah kanan. Di atas kami bertemu bapak pemilik peginapan yang menjadi guide bagi 2 orang tamu. Di atas tebing ini juga ada area yang lumayan luas dan rata, membuat kita leluasa menikmati air terjun dengan leluasa. Dari atas sini terlihat pelangi yang muncul akibat perpaduan sinar matahari dan tampias akibat derasnya debit air.
Untuk foto-foto antimainstream kita bisa mengambil posisi di atas sebuah batu yang agak menonjol. Untuk mendapatkan foto yang ciamik, fotografer nya bisa mengambil dari bawah sehingga didapat object foto dengan latar ketinggian Tumpak Sewu. Tentu saja untuk ke batu tersebut butuh keberanian. Hati-hati jangan sampai terpeleset karena di bawahnya langsung ke bebatuan.
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan |
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan |
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan |
View Tumpak Sewu dari tebing sebelah kanan |
Pelangi di Tumpak Sewu |
Sampai di penginapan, bersih-bersih dan lanjut sholat Jumat di mesjid yang tidak jauh dari penginapan. Selanjutnya checkout sekitar jam 14.00.
Karena Noey belum pernah ke Coban Ciblungan (saya dan Revan sudah pernah), kami mampir sebentar karena lokasinya yang tidak begitu jauh dari jalan raya Malang-Lumajang.
Coban Ciblungan |
Coban Ciblungan |
Baca juga link terkait:
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
- Coban Srengenge dan Coban Gintung
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru
- Coban Kaca dan Coban Rais
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu