Sejujurnya, tahun lalu aku berniat menulis ulasan tentang jasa kirim RLN dari Pos Indonesia. RLN itu paket kiriman tercatat ke luar negeri. Karena baru ingat lagi, kuceritakan sekarang aja ya biar tidak lupa lagi~
Persilakan aku memberi penjelasan singkat dulu supaya lebih jelas.
Jadi, Pos Indonesia punya beragam layanan kirim untuk surat dan paket yang menjangkau luar negeri. Beberapa di antaranya:
- Surat Pos Biasa: pakai prangko. Berat maksimal 2kg. Tidak ada nomor resi. Indonesia dan internasional.
- RLN: Registered Luar Negeri (?); pos tercatat internasional. Berat maksimal 3kg. Harga cukup terjangkau. Ada resi.
- Express Mail Service (EMS): pengiriman dengan waktu tempuh H+3 sampai dengan H+5. Menjangkau 227 negara tujuan. Berat maksimal 100 kg. Ada resi. Agak mahal.
Yang biasanya aku pakai untuk sahabat pena tuh surat pos biasa alias yang pakai prangko. Dari ketiga opsi di atas, surat pos biasa sangat ekonomis untuk kiriman ke luar negeri, terutama untuk surat atau paket yang ringan. Tarifnya juga sudah pernah kubahas di blog, bisa dicek di sini.
Kalau RLN sama EMS ini sama-sama pos tercatat. Bedanya, EMS itu paket ekspres, dan sudah jadi rahasia umum kalau harganya lebih mahal. Tapi kalau memang ingin yang aman, terlacak, dan super cepat ya pakai EMS aja. Worth it kok.
Yang pernah kucoba baru surat pos biasa dan RLN. Begini ceritanya…
Aku punya sapen dari Italia. Dia ini satu-satunya sapen yang pengen suratnya dikirim pakai layanan prioritas―katanya dia bakal kirim suratku dengan prioritas juga. Awalnya aku bingung, pos prioritas tuh apaan kalau di Indonesia? RLN atau EMS? Kalau EMS, dompetku mana sanggup. Dia bilang juga sih bakal mengganti biaya kirim surat itu kalau terlalu mahal, tapi gimana ya…. Aku rada dilema juga untuk masalah biaya yang digantikan ini. Soalnya Italia ke Indonesia saja lebih mahal dari Indonesia ke Italia. Semacam dia sudah bayar ongkos mahal tapi ditambah ongkos kirimku ke dia juga.
Akhirnya aku coba kirim pakai RLN aja karena menyesuaikan isi dompet. Tarifnya bisa cek di situs resmi Pos Indonesia.
Indonesia ke Italia untuk berat sampai dengan 50 gram adalah Rp54.000
(mungkin sekarang berubah). Sebagai mahasiswa berdompet pas-pasan, aku
syok banget pas tau harganya. Sebenarnya upaya mengecek dulu ini untuk mempersiapkan hati.
Setelahnya, aku juga tanya langsung di kantor pos dan (alhamdulillah)
harganya sama. Untung sudah cek duluan, jadi tidak syok di tempat, lol.
Karena RLN ini kiriman tercatat, kita bakal dikasih selembar kertas yang isinya informasi kiriman, biaya, nomor resi, dll. Kirimnya bulan Agustus. Diestimasikan tiba paling cepat dua minggu, tapi baru tiba nyaris sebulan kemudian. Kalau dirinciin, jadinya begini.
- Jenis Layanan: RLN
- Asal: Indonesia
- Tujuan: Italia
- Berat: ≤50 gr
- Biaya: Rp58.000 (untuk 1-50gr)
- Tanggal kirim: 19 September 2018
- Tanggal terima: 17 Oktober 2018
- Durasi: ±28 hari (estimasi awal ±14 hari)
Karena ada nomor resi, paketnya bisa dilacak lewat fitur lacak kiriman di situs resmi Pos Indonesia.
[UPDATE]
“Gimana melacak kirimannya?”
Sebelum ku-update, aku menulis kalau hanya bisa dilacak sampai bandara Indonesia. Ternyata, bisa sampai di sananya, lo! Baik RLN maupun EMS, bisa dilacak di situs ini.
Isi nomor pengirimanmu di kolom kanan beserta kode keamanannya, lalu klik search. Hasilnya nanti begini:
Tapi memang, lacakannya terputus setelah kirimannya berangkat dari Indonesia, lalu muncul lagi kika tiba di negara tujuan, dan prosesnya berlanjut. Di situ pun tertera detail kiriman kita ketika di negara tujuan.
Balik lagi ke cerita, surat dari sapenku ba tiba setelah satu bulan. Tarif yang tertera di kirimannya pun tidak beda jauh (mahalan dia sedikit). Tapi pada akhirnya aku urung meminta “ganti ongkir”.
Lalu, bagaimana perbandingannya dengan kiriman surat pos biasa alias pakai prangko? Nah, untungnya aku membalas suratnya lagi dengan prangko. Awalnya dia enggan karena sudah pernah dan makan waktu dua bulan lamanya, makanya dia mau prioritas aja. Berhubung aku sayang duit (wkwk), aku membujuknya untuk pakai prangko aja untuk suratku dan suratnya. Akhirnya dia mau juga.
Surat kedua untuknya aku kirim bulan Oktober, persis saat surat pertamaku diterima olehnya. Beratnya sama, tidak sampai 50gr dan cuma kena Rp14.000 (prangko). Kurang bahagia apa lagi aku? Berkali-kali lipat lebih murah dari RLN!
Dan … penantiannya juga setimpal dengan harga “murah” itu. Baru tiba Januari 2019. Rincinya begini:
- Jenis Layanan: Surat pos biasa (prangko)
- Asal: Indonesia
- Tujuan: Italia
- Berat: 20-50 gr
- Biaya: Rp14.000 (prangko)
- Tanggal kirim: 17 Oktober 2018
- Tanggal terima: 16 Januari 2019
- Durasi: 91 hari (estimasi awal 61 hari)
Super ‘kan? Super sekali.
Jadi, mana yang lebih “cepat”? Jelas RLN, tapi tetap ada kemungkinan tiba lebih lama dari estimasi. Mana yang lebih murah? Jelas prangko. Intinya, kedua layanan punya plus minus masing-masing. Pilih sesuai kebutuhan dan kemampuan saja~ Kalau aku sih bertahan di prangko aja. Selain karena kurang modal (yha), aku memang mau kirim-kirim pakai prangko sih, hehe.
Pokoknya ya beginilah “seninya” berkirim pos dengan prangko. Sekali kirim ya pasrah saja sambil berdoa. Semoga sampai dengan selamat. Semoga kalaupun lama yang penting sampai. Siapa tau nyasar dulu ke negara lain (ini tidak mustahil, lo!). Hobi ini memang mengajarkan kita untuk bersabar dan senantiasa berpikir positif.
Semoga bermanfaat!