Turun dari Taman Nasional, kami men-drop Ranti dan Ais dan perjalanan dilanjutkan ke arah Sukabumi kota. Karena masih siang, kami berencana ke Curug Bibijilan. Jika melihat Maps, ada 2 pilihan yaitu via Sukabumi kota yang hampir 2 jam perjalanan dan via Cikembar sekitar 1,5 jam. Kami memutuskan lewat Cikembar dimana jalur ini melewati pertigaan Cibadak ke arah Pelabuhan Ratu. Sempat mampir makan siang di salah satu rumah makan Sunda dan melanjutkan perjalanan dengan mengandalkan Maps. Tapi ternyata jalannya sangat jelek dan kecil dan sepertinya cocok buat motoran. Akhirnya kami lanjut ke Sukabumi kota. Sampai di kota, sudah sore dan dapat penginapan di Jalan Pejagalan, kami stay di sini satu malam dan berencana besok pagi-pagi ke Jembatan Situ Gunung.
Pagi-pagi sebelum sarapan, kami berkunjung ke Vihara Widhi Sakti yang cuman berjarak sekitar 50m dari penginapan. Vihara ini berada di salah satu sudut perempatan Jalan Pejagalan. Seperti Vihara pada umumnya, tempat ibadah umat Budha ini di dominasi oleh warna merah dan di hiasi ornamen Naga. Kami hanya berfoto di luar Vihara, berhadapan langsung dengan jalan raya yang lumayan ramai karena hari ini sudah hari Senen.
Vihara Widhi Sakti |
Vihara Widhi Sakti |
Bubur Ayam Odeon |
Sekitar jam 8 kami check-out dan langsung menuju Situ Gunung. Jarak dari Sukabumi kota ke Situ Gunung sekitar 15km dan bisa di tempuh sekitar 40 menit. Buat kalian yang belum pernah ke sini, sebenarnya sangat gampang sekali, dari Pasar Cisaat yag macet nanti terlihat petunjuk arah yang sangat mencolok ke Situ Gunung, Nanti dari pertigaan ke arah Situ Gunung berjarak sekitar 10km. buat kalian yang menggunakan angkutan umum, ada angkot menuju Situ Gunung ini. Kalau kalian menggunakan kereta dari Bogor, bisa turun di stasiun Cisaat dan dilanjutkan dengan menggunakan angkot atau ojeg.
Sampai di gerbang masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, kami membayar tiket masuk kawasan sebesar Rp. 16.000, free parkir. Terlihat sekali perubahan lokasi ini dibanding terakhir ke sini. Lapangan parkir yang rapih, dikelilingi tempat istirahat dan penjual makanan-minuman yang bersih. Di bagian bawah terdapat Musholla dan toilet yang bersih.
Sampai di gerbang masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, kami membayar tiket masuk kawasan sebesar Rp. 16.000, free parkir. Terlihat sekali perubahan lokasi ini dibanding terakhir ke sini. Lapangan parkir yang rapih, dikelilingi tempat istirahat dan penjual makanan-minuman yang bersih. Di bagian bawah terdapat Musholla dan toilet yang bersih.
Gerbang Jembatan Gantung dari parkiran |
Loket karcis |
Di sini juga tersedia teater dan panggung tempat live music. Juga terdapat cafe/tempat makan yang berada di sisi lembah. Yang menarik lagi, ada juga fasilitas glamping (glamour camping). Harap di catat, semua bangunan di sini terbuat dari kayu-kayu dan bukan bangunan beton permanen. Jadi buat kalian yang mau menghabiskan waktu bersantai dengan suasana hutan dan lembah silahkan ke sini.
Kantin |
Teater |
Teater |
Berjalan sedikit dari teater kita sudah sampai di loket masuk Jembatan Gantung (Suspension Bridge). Buat kalian yang mau ke Curug Sawer bisa jalan terus. Loket ini mirip dengan loket ketika kita masuk ke stasiun kereta api. Setelah cek karcis kemudian kita memasang sabuk pengaman (body harness) yang biasa dipakai pekerja yang bekerja di ketinggian dalam bentuk yang lebih sederhana. Di pengaman ini terdapat pengait yang digunakan untuk mengaitkan ke besi ataupun di bagian-bagian jembatan jika nanti ada keadaan darurat ataupun jika pengunjung dalam keadaan panik. Singkatnya jika kalian tiba-tiba diserang takut ketinggian dan panik, kaitkan pengait ini ke besi-besi jembatan, diam dan tunggu petugas datang menjemput.
Melewati loket kemudian kita memasuki jembatan yang merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia ini, dengan lebar 2m, panjang hampir 250 m dan ketinggian sekitar 150 m. Masih jam 9 pagi, dan kebetulan sekali pengunjungnya masih bisa dihitung jari. Gak terbayang kalo ke sini pas weekend yang pengunjungnya harus antri karena beban jembatan ini hanya dibatasi sampai 80 orang saja (sebenarnya bisa lebih karena beban maksimumnya sekitar 55 ton/55.000 kg).
Karena sudah agak siang, jadi puncak Gunung Gede Pangrango sudah tertutup awan. Meskipun begitu kita masih bisa menyaksikan pegunungan berlapis-lapis dengan gradasi warna hijau-biru. Di tutupi dengan vegetasi yang masih alami dengan pepohonan tropis yang besar-besar dan rapat. Di bawahnya mengalir sungai yang merupakan aliran dari Curug Sawer. Jembatan Gantung ini bisa juga di sebut Canopy Trail yaitu jembatan yang berada di puncak hutan/pepohonan. Jembatan gantung/Canopy Trail ini bisa juga kita nikmati di Suaka Elang-Loji Bogor, Cikaniki-Desa Citalahap, dan di Curug Ciwalen-Cibodas namu panjangnya pastinya tidka sepanjang di Kadudampit ini.
Melewati loket kemudian kita memasuki jembatan yang merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia ini, dengan lebar 2m, panjang hampir 250 m dan ketinggian sekitar 150 m. Masih jam 9 pagi, dan kebetulan sekali pengunjungnya masih bisa dihitung jari. Gak terbayang kalo ke sini pas weekend yang pengunjungnya harus antri karena beban jembatan ini hanya dibatasi sampai 80 orang saja (sebenarnya bisa lebih karena beban maksimumnya sekitar 55 ton/55.000 kg).
Karena sudah agak siang, jadi puncak Gunung Gede Pangrango sudah tertutup awan. Meskipun begitu kita masih bisa menyaksikan pegunungan berlapis-lapis dengan gradasi warna hijau-biru. Di tutupi dengan vegetasi yang masih alami dengan pepohonan tropis yang besar-besar dan rapat. Di bawahnya mengalir sungai yang merupakan aliran dari Curug Sawer. Jembatan Gantung ini bisa juga di sebut Canopy Trail yaitu jembatan yang berada di puncak hutan/pepohonan. Jembatan gantung/Canopy Trail ini bisa juga kita nikmati di Suaka Elang-Loji Bogor, Cikaniki-Desa Citalahap, dan di Curug Ciwalen-Cibodas namu panjangnya pastinya tidka sepanjang di Kadudampit ini.
Berfoto di atas jembatan |
Berfoto di atas jembatan |
Karena jembatan gantung, tentu saja kalau kita berjalan akan terasa bergoyang-goyang. Nah buat kalian yang memang phobia ketinggian sebaiknya berpikir lagi untuk naik jembatan ini. Tapi buat kalian yang tidak takut ketinggian pastilah naik jembatan ini merasakan sensansi tersendiri dan menjadikan petualangan yang sangat berkesan. Semakin ke tengah akan terasa goyangannya apalagi jika berpapasan dengan pengunjung lain.
Setelah sampai di ujung jembatan, mengambil beberapa foto kemudian kembali lagi ke posisi awal. Keluar dari loket, saya mencoba mengambil view jembatan ini menggunakan drone. Karena pepohonan di sini sangat rapat jadi harus berhati-hati menerbangkan drone apalai di ujung-ujung jembatan. Karena drone saya sempat kena ranting-ranting pohon dan error.
Setelah sampai di ujung jembatan, mengambil beberapa foto kemudian kembali lagi ke posisi awal. Keluar dari loket, saya mencoba mengambil view jembatan ini menggunakan drone. Karena pepohonan di sini sangat rapat jadi harus berhati-hati menerbangkan drone apalai di ujung-ujung jembatan. Karena drone saya sempat kena ranting-ranting pohon dan error.
Foto Jembatan gantung dari atas |
Foto Jembatan gantung dari atas |
Foto Jembatan gantung dari atas |
Foto Jembatan gantung dari atas |
Foto Jembatan gantung dari atas |
Foto Jembatan gantung dari atas |
Foto Jembatan gantung dari atas |