Kantor pos & telkom yang di dirikan tahun 1928 di Raadhuisweg (Jalan Merdeka saat ini) oleh Kolonial Belanda bentuk dan arsiteknya seperti kubah pada bagian atapnya sama seperti kantor pos dan telkom di kota lainnya di daerah lainnya di Indonesia.
Tetapi jika di perhatikan dari Gedung Telkom Jalan Merdeka memiliki kemiripan dengan bangunan yang ada di samping kantor pos besar Palembang tersebut.
Pada awal pendiriannya kantor ini menjadi bagian pelayanan satu atap karena di satu kantor terdiri dari bebeberapa pelayanan yaitu pos, telegram dan polisi.
Kantor Pos & Gedung Telkom Jalan Merdeka Palembang |
Sejarah Kantor Pos di indonesia
Perposan "Modem" di Indonesia sejak 1602 di jaman V.O.C (Verenigde Oost Indische Compagnie). Perhubungan pos pada waktu itu dilakukan terbatas diantara kota-kota tertentu di P.Jawa dan luar P.Jawa dengan menggunakan alat angkut kereta kuda dan kapal layar pacalang.
Pada waktu itu suratpos ditempatkan pada Stadsherbrg (Gedung Penginapan Kota) dan belum dilakukan pengantaran suratpos,sehingga tiap orang dapat memeriksa apakah ada suratpos baginya.
Kantor Pos di jalan Merdeka 1930 - 1940 Sumber : Kitlv.nl |
Sebuah kantor pos pertama kali didirikan di jakarta pada tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan suratpos. Beberapa tahun kemudian didirikan kantorpos di kota-kota lainnya.
Pada 1809 dibangun jalan Raya Pos (Groote Postweg) oleh Gubernur Jenderal Daendels yang membentang sepanjang 1000 km dari anyer ke panarukan. Pembangunan jalan raya pos membawa perubahan luar biasa dalam perhubungan pos.
Waktu tempuh dari Jawa Barat ke Jawa Timur yang sebelumnya memakan waktu 40 hari dapat diperpendek menjadi 6 hari.
Hingga saat ini perjalanan pos Indonesia memang sudah berlangsung selama empat abad, tetapi sejarah pos indonesia dimulai pada 27 September 1945, ketika sekelompok angkatan muda PTT merebut gedung pusat PTT di Bandung dari kekuasaan Jepang.
Fase ini merupakan tonggak dimulainya pengelolaan dan pelayanan pos oleh bangsa Indonesia. Peristiwa 27 September 1945 lebih dikenal sebagai "Hari Bhakti Postel".
Pos Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan status mulai dari Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone).
Badan usaha yang dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan ini operasinya tidak bersifat komersial dan fungsinya lebih diarahkan untuk mengadakan pelayanan publik.
Perkembangan terus terjadi hingga statusnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
Mengamati perkembangan zaman dimana sektor pos dan telekomunikasi berkembang sangat pesat, maka pada tahun 1965 berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro), dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum Pos dan Giro yang sejak ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam menyelenggarakan dinas pos dan giropos baik untuk hubungan dalam maupun luar negeri.
Selama 17 tahun berstatus Perum, maka pada Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).